Pengurusan Jenazah dan Hikmahnya



A.    Pengurusan Jenazah dan Hikmahnya
1.      Sakaratul maut
                     Sakaratul maut ditandai oleh berbagai gejala seperti dinginnya ujung-ujung anggota badan, rasa lemah, kantuk, kehilangan kesadaran, dan hampir tidak dapat membedakan sesuatu. Dan dikarenakan kurangnya pasokan oksigen dalam darah yang mencapai otak, ia menjadi bingung dan berada dalam keadaan ilusi, halusinasi, ketegangan otak, kegelisahan fisik, dan menelan air liur menjadi lebih sulit, serta aktivitas bernapas melambat.[1]
Firman Allah Swt.:
ôNuä!%y`ur äotõ3y ÏNöqyJø9$# Èd,ptø:$$Î/ ( y7Ï9ºsŒ $tB |MYä. çm÷ZÏB ßÏtrB ÇÊÒÈ  
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.(QS. Qaf: 19)
Beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai orang yang baru saja meninggal, diantaranya:
a.    Bila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-pelan.
b.    Bila mulut masih terbuka, katupkan dengan ditali (selendang) agar tidak kembali terbuka.
c.    Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
2.      Proses Pengurusan Jenazah
            Mengurus jenazah hukumnya fardhu kifayah, artinya jika dalam suatu daerah terdapat orang yang meninggal dunia, maka orang Islam di daerah tersebut wajib mengurus jenazahnya. Apabila tidak ada seorang pun di daerah tersebut melaksanakannya, semua orang Islam di daerah tersebut berdosa.[2] Kewajiban orang Islam dalam mengurus saudaranya yang telah meninggal dunia adalah:
a.      Memandikan Jenazah
Ketentuan dan tata cara memandikan jenazah:
1)   Syarat jenazah yang dimandikan
a)   Beragama Islam.
b)   Tubuh atau anggota badan masih ada.
c)   Jenazah tersebut bukan mati syahid (dunia akhirat).
2)   Orang yang berhak memandikan jenazah
a)      Jenazah laki-laki dimandikan laki-laki dan sebaliknya, kecuali suami istri.
b)      Jika tidak ada suami atau istri atau mahram maka jenazah ditayamumkan.
c)      Jika ada beberapa orang yang berhak maka diutamakan keluarga terdekat dengan jenazah.
3)   Cara memandikan jenazah[3]
a)      Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
b)      Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
c)      Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
d)     Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
e)      Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
f)       Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungnya, kemudian wudhukan seperti wudhu untuk shalat.
g)      Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu, kemudian ke sebelah kirinya.
h)      Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
i)        Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
j)        Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
k)      Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah diatas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya, tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
l)        Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain atau handuk sehingga tidak membasahi kafannya.
m)    Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol. Pemberian wangi-wangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.
b.      Mengafani Jenazah[4]
1)      Ketentuan mengafani jenazah
a)      Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b)      Kain kafan hendaklah berwarna putih.
c)      Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan perempuan lima lapis.
d)     Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
e)      Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
Mengafani jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya seperti sabda nabi:
اِذَا كَفَنَ اَحَدُ كُمْ فَلْيُحْسِنْ كَفَنَهُ
Artinya: “Bilamana seseorang di antara kamu mengafani (jenazah) saudaranya (sesama muslim) hendaklah melakukan dengan baik”. (HR. Muslim)
2)      Cara mengafani jenazah
Jenazah laki-laki
a)      Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Masing-masing diberi kapur barus.
b)      Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan wewangian.
c)      Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d)     Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lebar sebelah kiri. Lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e)      Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
f)       Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutuplah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhada dalam perang uhud.
Jenazah Perempuan
Kain kafan perempuan terdiri atas 5 lembar kain yaitu:
a)   Kain pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar.
b)   Kain kedua untuk kerudung kepala.
c)   Kain ketiga untuk baju kurung.
d)  Kain keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
e)   Kain kelima untuk pinggul dan pahanya.
Cara mengafani:
a)      Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup kain dan letakkan di atas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b)      Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c)      Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d)     Pakaikan sarung (cukup disobek saja, tidak dijahit).
e)      Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja tidak dijahit).
f)       Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g)      Pakaikan penutup kepalanya (kerudung).
h)      Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan lepaskan ikatannya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu siap dishalatkan.
c.       Menshalatkan Jenazah
      Semua syarat wajib dan syarat sahnya shalat fardhu menjadi syarat dalam shalat jenazah, kecuali waktu shalat. Setelah berdiri kemudian mulai shalat dengan urutan: takbiratul ihram dan niat, membaca surat Al-Fatihah, takbir kedua membaca shalawat atas Nabi, takbir ketiga membaca do’a untuk si mayit, takbir keempat membaca do’a kemudian mengucap salam. Cara pelaksanaannya:[5]
1)      Membaca niat
Jenazah laki-laki
اُصَلِّى عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الكِفَايَةِ لِلّهِ تَعَالَى
Jenazah perempuan
اُصَلِّى عَلَى هَذَهِ الْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الكِفَايَةِ لِلّهِ تَعَالَى
Jenazah gaib
اُصَلِّى عَلَى الْمَيِّتِ الْغَائِبَ (فُلَانْ) اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الكِفَايَةِ لِلّهِ تَعَالَى
2)      Membaca surat Al-Fatihah
3)      Membaca shalawat Nabi
4)      Membaca doa setelah takbir ketiga
اَللّهُمَ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
5)      Membaca doa setelah takbir keempat
اللّهُمَّ لَاتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلَاتَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
d.      Menguburkan Jenazah
Setelah dishalatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat orang jamaah. Lubang kubur dipersiapkan sebelumnya dengan kedalaman minimal 2 meter agar bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya jenazah secara perlahan dimasukkan ke dalam kubur ditempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat, kemudian tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh langsung tanah.
Adapun urutan cara mengubur jenazah yaitu:
1)      Turunkan tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada yang menerima jenazah pada bagian kepala, bagian tengah, dan bagian kaki.
2)      Angkatlah jenazah pelan-pelan.
3)      Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur.
4)      Taruh jenazah di liang lahat dan menghadap kiblat.
5)      Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap miring. (diletakkan pada bagian kepala, punggung, dan paha)
6)      Tempatkan pipi kanan jenazah pada tanah.
7)      Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain.
8)      Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai.
9)      Berilah tanda dari kayu atau batu.
10)  Doakan jenazah dan keluarga yang ditinggalkan.
e.       Hikmah Pengurusan Jenazah
1.      Kedudukan manusia walaupun sudah meninggal dunia dihadapan Allah tetap makhluk mulia yang wajib diberi penghormatan dan tetap diperlakukan sebagai manusia yang masih hidup.
2.      Memandikan jenazah berarti menyucikan jenazah dari segala kotoran dan najis. Ketika dishalatkan jenazah sudah dalam keadaan bersih.
3.      Mengafani jenazah berarti menutup seluruh tubuh jenazah dengan kain atau sejenisnya yang dapat melindungi tubuh dari pandangan yang bisa jadi akan menimbulkan fitnah apabila tanpa pelindung.
4.      Menshalatkan jenazah berarti mendoakan jenazah. Isi doa adalah pemohonan agar jenazah mendapat ampunan, kasih sayang dan terlepas dari siksa kubur dan siksa akhirat.
5.      Keseluruhan penyelenggaraan jenazah difardhukan (kifayah) kepada umat Islam.


[1] Ahmad Fauzi dan Riyanto,  Panduan Praktek Ibadah, (Yogyakarta: Lingkar Media, 2015), hal. 63
[2] Syaikh Hasan Ayub, Fikih Ibadah,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal 304
[3] Supiyana, Karman M, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 52
[4] Ibid., hal. 55
[5] Ibid., hal. 57-58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Materi PAI di SMA/MA

Zakat  Keikhlasan dalam Beribadah Pernikahan dalam Islam Sejarah Perkembangan Islam diNusantara Waris dan Wasiat dalam Islam M...