Pendidikan
Agama Islam Kelas 8 Semester Ganjil
A.
Menghargai Perilaku Jujur Sebagai Implementasi dari Q.S. Al-Maidah
(5):8 dan Hadits Terkait
Jujur
adalah kesesuaian sikap antara perkataan dan perbuatan yang sebenarnya. Apa
yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya dan apa yang diperbuat itulah
yang sebenarnya. Dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 8:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. úüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( wur öNà6¨ZtBÌôft ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã wr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 cÎ) ©!$# 7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran
karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Al-Maidah: 8)[1]
Kejujuran adalah
mutiara yang tiada tara harganya. Berani jujur itu hebat. Sebagai makhluk
sosial, kita memerlukan kehidupan yang harmonis, baik, dan seimbang. Agar tidak
ada yang dirugikan dan dicurangi, kita harus jujur. Jadi, untuk kehidupan yang
lebih baik kuncinya adalah kejujuran. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
saw:
عَنْ عَبْد ا
للّهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النبيّ صلى الله عليه وسلم قال: اِنَّ لصِّدْقَ
يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ وَ اِنّ الْبِرَّ يَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ (راه
البخارى)
Artinya: “Dari Abdullah ibn Mas’ud, Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya
jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga” (H.R.
Bukhari)[2]
Kejujuran merupakan
bagian dari akhlak yang diajarkan dalam Islam. Seharusnya sifat jujur juga
menjadi identitas seorang muslim. Katakan bahwa yang benar itu adalah benar dan
yang salah itu adalah salah. Jangan dicampur adukkan antara yang hak dan yang
batil.
Kejujuran berbuah
kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur
membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati kita was was.
Rasulullah saw telah memberi contoh nyata kepada kita. Pada masa jahiliyah
sangat sulit mencari orang jujur. Dengan kejujuran Rasulullah saw, menjadi
orang yang paling terpercaya. Beliau mendapat gelar al-amin (dapat dipercaya)
dari bangsa Quraisy.
Kita dalam menjalani
kehidupan ini harus menghindari, menjauhi serta meninggalkan perkara-perkara yang mengandung kebohongan.
Hidup hanya sekali di dunia ini harus di isi dengan kebenaran-kebenaran dan
tunjukkan pada semua orang bahwa kebenaran itu kebaikan yang tak akan pernah
padam. Sebagai contoh nyata sikap jujur bagi seorang siswa adalah tidak
menyontek saat ujian. Hikmah dari perilaku jujur adalah[3]:
1.
Mendapatkan
kepercayaan dari orang lain
2.
Mendapatkan
banyak teman, dan
3.
Mendapatkan
ketentraman hidup karena tidak memiliki kesalahan terhadap orang lain.
B.
Menghargai Perilaku Hormat dan
Patuh Kepada Orang Tua dan Guru Sebagai Implementasi dari Pemahaman Q.S An-Nisa
(4): 36
1.
Hormat
dan Patuh Terhadap Orang Tua
Orang tua merupakan
orang yang berjasa dalam hidup kita, cara membalas orang tua yang telah berjasa
dalam kehidupan kita adalah dengan cara bersikap hormat dan patuh kepada orang
tua. Kedua orang tua merupakan sebab adanya manusia. Merekalah yang membawa kita
ke dunia dengan izin Allah Swt. Keduanya telah merasakan kelelahan karena
mengurus anak dan dan menyenangkan mereka. Oleh karena itu kita tidak boleh
sekali-kali mengecewakan kedua orang tua. Allah Swt mewajibkan hamba-hambaNya
berbakti kepada orang tua. Dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 36:
(#rßç6ôã$#ur ©!$# wur (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur Ï 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷r& 3 ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä `tB tb%2 Zw$tFøèC #·qãsù ÇÌÏÈ
Artinya: “ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (Q.S.
An-Nisa:36)[4]
Perilaku menghormati orang tua dapat
diwujudkan dengan:
a.
Memperlakukan
keduanya dengan sopan.
b.
Membantu
pekerjaannya.
c.
Menngikuti
nasihatnya.
d.
Membahagiakan
keduanya.
2.
Hormat
dan Patuh Terhadap Guru
Selain kepada orang
tua, kita harus bersikap patuh kepada guru. Guru tidak akan pernah lepas dari
kehidupan kita. Mulai dari kecil sampai dewasa akan terus bertemu dengan guru.
Guru menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada murid-muridnya agar menjadi seorang
yang dapat berkarya sesuai dengan bakat, prestasi, dan kualitas yang
dimilikinya. Sebagai pendidik, guru membentuk kita menjadi orang yang beriman,
mengerti baik dan buruk, dan budi pekerti yang luhur. Dalam peranannya yang
sangat besar dalam kehidupan, maka guru wajib dihormati.
Cara berbakti pada guru
antara lain[5]:
a.
Mengucapkan
salam apabila bertemu.
b.
Memperjatikan
apabila diajak bicara di dalam maupun di luar kelas.
c.
Rendah
hati, sopan, dan menghargai.
d.
Melaksanakan
nasihatnya.
e.
Melaksanakan
tugas belajar dengan ikhlas.
C.
Menghargai Perilaku Gemar Beramal Saleh dan Berbaik Sangka Kepada
Sesama Sebagai Implementasi dari Pemahaman Q.S. Al-Ashr (103): 2-3, Q.S.
Al-Hujurat (49):12
1.
Beramal
Saleh Dengan Memanfaatkan Waktu Sebaik-baiknya
Orang yang tidak bisa
memanfaatkan waktu secara maksimal maka orang itu akan merugi, kerugian itu
mungkin tidak akan kita rasakan pada waktu dini, tetapi pasti akan kita
sadarinya ketika pada waktu tua nantinya. Kita sering menemukan atau mendengarkan
orang bilang kalau dia sangat menyesal telah menyia-nyiakan waktu mudanya
dengan hal yang tidak bermanfaat, mari kita jadikan itu semua sebagai contoh
untuk kita lebih berhati-hati dalam memanfaatkan waktu. Waktu harus
dimanfaatkan sebaik mungkin karena apabila tidak kita isi dengan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat maka kita akan rugi, janganlah sekali-kali
kita isi dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, jika hal yang demikian yang
selalu kita perhatikan niscaya kita tidak akan merasa rugi atau menyesal
nantinya. Hal ini berkaitan dengan firman Allah Swt, dalam surat Al-Ashr ayat
2-3:
¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Artinya: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian(2)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.(3)” (Q.S. Al-Ashr: 2-3)[6]
Dalam ayat diatas
menjelaskan kepada kita bahwa manusia akan rugi jika lalai terhadap waktunya.
Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa manusia yang tidak menghargai waktu
untuk hal-hal yang bermanfaat niscaya manusia itu akan rugi. Allah SWT memperingatkan
manusia yang menjadikan seluruh aktifitas hidupnya sebagai perlombaan dalam
menumpuk harta, serta menghabiskan waktunya hanya untuk maksud tersebut,
sehingga mereka lalai akan tujuan utama dari kehidupan ini, yaitu untuk
menghambakan diri kepadaNya. Sedangkan pada surat ini Allah memperingatkan
tentang pentingnya waktu dan bagaimana seharusnya kita isi waktu tersebut
supaya lebih bermanfaat dan mendapat ridho Allah.
2.
Berbaik
Sangka Terhadap Sesama
Berbaik sangka adalah dugaan yang baik. Prasangka yang baik
adalah suatu sikap atau perilaku yang memiliki prasangka baik, berpikiran
positif, dan berpandangan mulia dengan apa yang ada dihadapannya, ini berarti
bahwa kita berprasangka baik terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain, baik
yang terlihat jahat adalah baik apalagi yang baik tentu baik, kecuali
perbuatannya jelas melanggar syariat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat Al-Hujurat ayat 12:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Hujurat:12)[7]
D.
Menghargai Perilaku Rendah Hati, Hemat, dan Hidup Sederhana Sebagai
Implementasi dari Pemahaman Q.S. Al-Furqan (25):63, Q.S. Al Isra’ (17): 27 dan
Hadits Terkait
1.
Rendah
Hati
Rendah hati (tawadhu’) adalah sikap
merendahkan diri, baik dihadapan Allah Swt maupun manusia.[8]
Manusia yang sadar akan hakikat kejadian dirinya tidak akan pernah mempunyai
alas an untuk merasa lebih baik antara yang satu dan yang lainnya. Contoh
perilaku tawadhu’ antara lain:
a.
Meskipun
ia termasuk orang yang kaya tetapi ia mau berbahur dengan orang miskin.
b.
Seorang
pimpinan yang bersikap santun kepada bawahannya.
c.
Seorang
yang masih mau menghormati guru yang pernah mengajarkan ia di TK, meskipun
sekarang sudah duduk di bangku kuliah, dan sebagainya.
Hal yang berkaitan dengan rendah hati dijelaskan dalam surat
Al-Furqan ayat 63:
ß$t7Ïãur Ç`»uH÷q§9$# úïÏ%©!$# tbqà±ôJt n?tã ÇÚöF{$# $ZRöqyd #sÎ)ur ãNßgt6sÛ%s{ cqè=Îg»yfø9$# (#qä9$s% $VJ»n=y ÇÏÌÈ
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan.” (Q.S. Al-Furqan:63)[9]
Di dalam ayat ini Allah mengajarkan agar
kita memiliki sifat rendah hati. Sifat rendah hati ini harus diwujudkan dalam
setiap perilaku kita, baik terhadap diri kita sendiri, terhadap Allah, maupun
terhadap orang-orang jahil yang menyapa kita. Seorang muslim yang memiliki
sifat rendah hati akan mendapatkan keridhoan Allah baik di dunia maupun di
akhirat.
Rendah hati disebut juga dengan
tawadhu’. Pengertian tawadhu’ adalah sikap diri yang tidak merasa lebih dari
orang lain. Orang yang tawadhu’ berkeyakinan bahwa semua kelebihan yang ada
dalam dirinya semata-mata merupakan karunia dari Allah Swt. Dengan keyakinan
yang demikian dia merasa bahwa tidak sepantasnya kalau kelebihan yang dimiliki
itu dibangga-banggakan. Sebaliknya segala kelebihan yang dimiliki itu diterima
sebagai sebuah nikmat yang harus disyukuri.
Sikap rendah hati dapat terlihat pada
saat mereka berjalan. Dari sini akan terlihat sifat dan sikap kesederhanaan,
jauh dari keangkuhan, langkahnya mantap, dan tampil dengan jati diri yang
dimilikinya. Orang yang rendah hati tidak suka meniru gaya orang lain. Apalagi
gaya orang itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Orang yang rendah hati ingin
tampil sesuai jati diri dan fitrah manusia. Orang yang rendah hati selalu ingin
menjadi dirinya sendiri sesuai ajaran Allah Swt.
2.
Hemat
dan Hidup Sederhana
Dalam surat Al-Isra ayat 27 dijelaskan
¨bÎ) tûïÍÉjt6ßJø9$# (#þqçR%x. tbºuq÷zÎ) ÈûüÏÜ»u¤±9$# ( tb%x.ur ß`»sÜø¤±9$# ¾ÏmÎn/tÏ9 #Yqàÿx. ÇËÐÈ
Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan
dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra’:27)[10]
Ayat
ini diturunkan Allah dalam rangka menjelaskan gaya hidup kaum jahiliyah yang
salah. Kaum jahiliyah adalah bangsa Arab sebelum mendapatkan pencerahan Islam.
Mereka suka sekali berfoya-foya. Mereka beranggapan bahwa derajat kemasyuran
dan kehormatan dilihat dari kemampuannya dalam berfoya-foya dan menghamburkan
hartanya untuk kepentingan pesta pora.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa
berfoya-foya dan menghamburkan harta adalah bagian dari perbuatan setan. Dengan
demikian sudah sangat jelas bahwa sikap ini dilarang oleh Allah Swt. Sebaliknya
Allah Swt mengajarkan untuk senantiasa hidup hemat dan hidup sederhana dengan
cara senantiasa berdermawan kepada orang lain. Dengan tindakan mulia seperti
ini, harta yang kita miliki akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Kita dapat menerapkan pola hidup hemat
dan sederhana mulai dari melakukan hal yang kecil, seperti hemat dalam
menggunakan air dan listrik. Tampaknya kedua hal ini sangat sepele, akan tetapi
dampaknya luar biasa jika kita boros dalam menggunakan dan memanfaatkannya.
Kita bisa menghemat listrik dengan cara menggunakan seperlunya dan mematikan
ketika tidak memerlukannya. Begitupun juga dengan air, menggunakan air
secukupnya saat kita sedang wudlu, mandi, cuci tangan, mencuci pakaian, dan
sebagainya.
Contoh lain untuk melatih hidup hemat
adalah dengan rajin menabung. Dengan menabung kita akan mempunyai tata kelola
yang baik dalam hal keuangan, disamping itu menabung dapat memenuhi kebutuhan
masa mendatang. Dampak positif lain dari menabung adalah ketika kita
membutuhkan biaya yang mendadak atau lumayan besar. Jika terjadi hal demikian
maka kita tidak perlu berhutang dan tidak dilanda rasa gelisah.
Disamping memberi contoh hemat,
Rasulullah saw juga memberikan teladan agar kita menjalani hidup dengan
kesederhanaan. Rasulullah bukan seorang yang miskin, namun menjalani hidup
dengan penuh kesederhanaan.
Pernyataan ini sesuai dengan hadits berikut:
عَنْ عَمْرِوبْنِ شَعْبٍ عَنْ
أَبِيْهِ عَنِ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلْ وَاشْرَبْ وَالْبَسْ وَتَصَدَّقْ فِى غَيْرِ سَرَفٍ وَلاَ
مَخِيْلَةٍ (أخرجه أبوداود وأحمد)
Artinya: “Dari Amr bin Sya’ab dari bapaknya dari kakeknya ia
berkata: Rasulullah Saw bersabda: Makanlah, minumlah, dan berpakaianlah, dan
bershadaqahlah dengan tidak berlebih-lebihan dan menyombongkan diri.” (H.R
Abu Daud dan Ahmad)
Manfaat hidup hemat dan sederhana antara lain:
a.
Terbebas
dari perasaan khawatir akan masalah keuangan.
b.
Sikap
hemat menunjukkan pribadi yang bertanggung jawab.
c.
Memiliki
dana cadangan untuk membangun karir.
d.
Lebih
percaya diri dalam menghadapi masa depan.
[1] Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jabal,
2010), 106.
[2] Team MGMP PAI,
PAI dan Budi Pekerti kelas 7 (LKS) Semester 1, 2016, 17.
[3] Ibid.
[4] Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jabal,
2010), 77.
[5] Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013), 106
[6] Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jabal,
2010), 601.
[8] Team MGMP PAI,
PAI dan Budi Pekerti kelas 8 (LKS) Semester 1, 2016, 50.
[9] Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jabal,
2010), 359.
[10] Ibid, 282.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar